Kita Sedih. Namun Kesendirian Membantu Kita Bertahan
![]() |
Buku Kita Semua Pernah Sedih Karya Boy Candra (Foto: Goodreads). |
1. Identitas
Buku
Judul : Kita Semua Pernah Sedih Penulis : Boy Candra Penerbit : Mediakita Tahun : 2021 Halaman : v+103 halaman Resensiator : Aisyah Luthfi*)
Novel yang Berjudul “Kita Semua Pernah Sedih”
merupakan kumpulan tulisan pendek yang mengekspresikan berbagai emosi sedih,
amarah, kegalauan yang dirasakan manusia. Untuk orang-orang yang beranjak
dewasa, ekspresi yang paling banyak ditampilkan Boy Candra adalah rangkaian
penyebab kesedihan, kegagalan, kehilangan, merasa ditinggalkan, patah hati
karena cinta, kesepian, dan penyebab sedih lainnya. Selain menceritakan berbagai
ekspresi kesedihan, penulis kelahiran Sumatera Barat ini juga menunjukkan
kepada pembaca, bahwa ada cara juga untuk bangkit. Boy Candra menyisipkan
kutipan penyemangat. Dikutip dari sebuah kalimat “Belajar menerima apapun yang
sudah terjadi, belajar menerima segala kekurangan dan belajar untuk menasehati
tanpa menyakiti diri sendiri.” Pesan tersebut bisa kita tangkap sebagai kalimat
penenang, bahwa semua orang juga mengalami emosi-emosi yang kita rasakan, jadi
kita bisa belajar, memahami, kemudian menerima segala hal yang terjadi. Ketika
sudah menerima, diri sendiri akan lebih mudah bangkit. Ada 70 bab dalam novel Boy Candra
kali ini. Setiap bab nya punya masalah dan penyelesaian masing-masing. Sangat
cocok untuk remaja-remaja pencari jati diri hari ini. Terbentur oleh masalah,
tidak selalu mencari pelampiasan. Kita bisa dengan tenang bangkit setelah
bersedih mencari solusinya. Pada bab ke-17, bab ini sangat relate dengan
keadaan remaja akhir yang hendak dewasa. Berjudul “Jika Saat Itu Tiba, yang
Dibutuhkan Hanya Kesendirian” bab ini menjelaskan ketika seseorang sudah pada
titik terendahnya dalam menghadapi keadaan, kita bisa bertahan dengan berlari
menjemput kewarasan bukan pada hal-hal buruk yang tidak berguna. Kesendirian
juga bisa mendatangkan pikiran-pikiran waras yang selama ini kita cari di
tengah hiruk pikuk dunia. Ketika kesendirian sudah mendatangkan kewarasan, saat
itulah kesedihan bisa kita lewati dan terus bertahan melanjutkan kehidupan. Pesan penting yang bisa diambil
pembaca adalah, kita bisa melewati berbagai permasalahan hidup dengan tenang,
setidaknya sedikit ketenangan sehingga menjadi lebih tangguh untuk menghadapi
berbagai persoalan lainnya. Buku ini sangat direkomendasikan untuk remaja yang
tengah menghadapi kesulitan dunia menuju dewasa. Karena sebaik-baik teman hidup
adalah jiwa dan pikiran kita sendiri, harus diajak waras agar tetap tenang
dalam menyelesaikan masalah. Setiap buku pasti memiliki kelebihan
dan kekurangan. Setelah membaca buku ini, ada kelebihan yang sangat menonjol,
yaitu bahasa yang ringan dan mudah dipahami pembaca. Seperti novel-novel Boy
Candra sebelumnya, Origami Hati, Malik dan Elsa, Cinta Paling Rumit,
Sepasang Kekasih Yang Belum Bertemu, dan lainnya, penulis berumur 30
tahunan ini selalu berhasil membawa pembaca
mengikuti alur ceritanya dengan bahasa yang sangat zaman now banget.
Novel ini, hampir miripnseperti buku motivasi dengan penyajian yang lebih
menarik. Sehingga orang-orang termotivasi tanpa harus membaca bahasa yang kaku.
Sampul buku ini juga cukup menarik, dari jauh terlihat seperti lukisan abstrak,
yang tidak dipungkiri menambah ketertarikan untuk membacanya. Jumlah halaman
yang tidak terlalu tebal namun menyajikan banyak sedihan dan penyelesaiannya,
novel ini sangat efektif untuk dibaca di waktu luang yang sangat singkat. Untuk kelebihan yang sudah
dijelaskan, Novel ini memiliki seidkit kekurangan dalam pencetakannya. Cetakan
halaman ini ada yang miring, percetakan kurang presisi dalam menyambung
tiap-tiap halamannya. Tapi tidak mengurangi sedikitpun isi buku yang hendak
disampaikan, mungkin pembaca yang kurang suka dengan alur kesedihan kehidupan
akan bosan dengan banyaknya kesedihan yang ditampilkan, tapi percayalah, setiap
kesedihan yang disajikan sangat nyata, seperti judulnya, “Kita Semua Pernah
Sedih”. |
*Penulis
Merupakan Mahasiswi Departemen Sastra Indonesia
Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Andalas
Komentar
Posting Komentar